Jubir Ahok-Djarot Akui Agus-Sylvi Figur Kaliber




Jubir Ahok-Djarot Akui Agus-Sylvi Figur Kaliber
Kamis, 06 Oktober 2016 , 10:31:00 WIB

Laporan: Tangguh Sipria Riang


Berita Metropolitan. Melesatnya elektabilitas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandi Uno dalam waktu singkat dinilai wajar.


Juru bicara (jubir) Ahok-Djarot, Ansy Lema mengatakan, sebab mereka sosok yang populer dan kaliber.


“Karena kandidat yang dimunculkan adalah figur kaliber dan telah dikenal publik,” ujar Ansy, Kamis (6/10).


Menurutnya, warga Jakarta beruntung karena diberikan pilihan-pilihan bagus. Anies, lanjutnya, merupakan figur yang dikenal sebagai konseptor dan motivator yang baik.


Mantan mendikbud itu bisa disebut “man of idea.”


Sedangkan Agus adalah mantan militer yang cerdas dengan prestasi akademik mengagumkan. Agus bisa dibilang “man of battle.”


Sementara Ahok adalah politisi yang merintis karir politik dalam proses panjang dari bawah.


Mulai dari anggota DPRD, Bupati, Anggota DPR, Wakil Gubernur dan kini Gubernur, dan dengan kinerja dan rekam jejak hebat.


Ahok adalah “man of action (work),” bahkan sekaligus “man of idea” karena ia bukan hanya eksekutor, tapi juga konseptor.


“Ahok juga bisa menjadi ‘man of battle’ karena kegigihannya berani pasang badan untuk melawan oknum yang hendak merampok uang rakyat,” terang Ansy.


Namun, Ansy meyakini fenomena ini tidak akan berlangsung lama. Pasalnya eforia sesaat akibat efek keterkejutan pasca dimunculkannya calon yang tidak disangka-sangka publik.


“Tapi, pasti akan ada titik jenuh. Situasi segera kembali normal. Kami percaya Ahok-Djarot bisa rebound lagi ketika ‘masa bulan madu’ Anies-Sandi dan Agus-Sylvi segera habis. Apalagi tingkat kepuasan publik pada pasangan petahana masih tinggi di atas 75 persen,” jelasnya.


Ansy menjelaskan, pada akhirnya pemilih akan realistis, memilih pemimpin yang sudah terbukti berkinerja baik dan teruji rekam jejaknya.


Pemilih Jakarta adalah pemilih cerdas yang memilih atas dasar kinerja konkrit, bukan sebatas janji.


Dalam demokrasi modern, Ansy menanggapi secara positif survei yang dilakukan banyak lembaga.


Jika hasil survei menyatakan elektabilitas Ahok-Djarot turun, tetap mesti direspon secara positif dengan menjadikannya sebagai bahan evaluasi dan introspeksi atas kerja tim.


Sehingga, dari sana bisa dihasilkan rekomendasi tentang strategi-strategi pemenangan yang harus dilakukan untuk pemenangan.


Maka, adalah hal biasa, jika ada calon yang elektabilitasnya naik, maka pasti ada yang turun.


“Ini manfaatnya survei dilakukan banyak lembaga agar ada perbandingan,” kata Ansy.


Lebih lanjut, Ansy mengatakan, masyarakat memiliki catatan tersendiri menyangkut reputasi dan kredibilitas lembaga survei.


“Dulu hasil survei LSI yakin pak Fauzi Bowo akan menang satu putaran. Faktanya, pak Foke kalah, bahkan setelah melewati dua putaran,” ujarnya.


Ansy meluruskan, kampanye mestinya bukan hanya sebatas adu konsep atau program kerja, melainkan adu kinerja dan rekam jejak.


Siapa pun bisa menulis dan menyampaikan konsep dan program secara baik, namun yang lebih penting adalah kontes rekam jejak.


“Di atas kertas, semua program calon pasti baik, tapi yang mesti dinilai publik adalah rekam jejak teruji calon,” demikian Ansy.[dem]


Komentar Pembaca




Tidak ada komentar:

Posting Komentar