Hajah Syahrani Harahap (kanan) foto@menaranews.com |
Media Online Antara – Sebelum kerusuhan yang berujung pembakaran delapan tempat ibadah vihara, kejadian berlatar belakang konflik Suku, Agama, Ras dan Antargologan (SARA) juga pernah terjadi pada tahun 2001 di kota Tanjung Balai.
Menurut seorang tokoh masyarakat, Hajah Syahrani Harahap, pada tahun 2001 sekelompok orang berusaha menurunkan patung yang berada di vihara Tri Ratna, Tanjung Balai.
Pada saat itu, dirinya bersama tokoh masyarakat lainnya seperti Anton Medan juga melakukan upaya agar kelompok yang ingin menurunkan patung tersebut membatalkan aksinya.
Namun, upaya yang dilakukan wanita berhijab yang akrab disapa Bunda ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Alhasil, Syahrani pun beranjak ke Kantor Kementeritan Agama di Jakarta untuk mendapat pertolongan.
“Mereka (pihak wihara) minta bantuan ke Bunda, kita sikapi. Pemerintah setempat tidak mendukung, padahal pada pelatakan batu pertama wihara dilakukan pejabat pemerintah setempat. Awalnya harmonis, namun entah mengapa pada dua tahun kemudian (2001), ada kelompok yang ingin menurunkan patung tersebut. Kondisi memanas pada saat itu,” jelas Bunda kepada Okezone, Sabtu (30/7/2016).
Pada saat massa ingin menurunkan patung tersebut, dirinya bersama enam orang lainnya termasuk, Anton Medan sempat dikepung ratusan orang. “Kami tujuh orang dikepung ratusan orang. Namun, massa membatalkan menurunkan patung tersebut,” jelasnya.
“Saat itu, kami membentuk Aliansi Sumut Bersatu agar patung itu tidak diturunkan. Pada saat itu pejabat di Kementerian Agama juga heran dengan saya, kenapa mau memperjuangkan yang bukan satu aliran dengan saya. Lalu Menteri Agama memberikan jaminan rekomendasi keamanan terhadap patung tersebut,” imbuhnya.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi pada Jumat malam 29 Juli kemarin. Menurutnya, itu perselisihan perorang yang harusnya tidak dibesarkan pihak tertentu.
“Itu aksi spontanitas, berawal dari adu mulut saya. Suami dari orang yang protes ke masjid itu juga sudah minta maaf. Harusnya nazir masjid melaporkan wanita tersebut saja,” ujarnya.
Pemberitaan sebelumnya, Sebanyak 8 tempat ibadah wihara yang berada di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut) dirusak warga, Jumat malam (29/7/2016).
Kerusuhan bernuansa SARA yang berujung pada pembakaran Vihara di kota Tanjung Balai Asahan, Jumat (29/7/2016) lalu menjadi sorotan nasional. Pasalnya dalam satu malam enam rumah ibadah umat Buddha dirusak oleh massa.
Aksi massa diduga karena tersinggungnya sekelompok orang terhadap seorang warga bernama Meliana (41) yang protes terhadap kegiatan ibadah di masjid Almakshum yang berada di Jalan Karya, Tanjung Balai.
Selang beberapa waktu setelah aksi protes itu, nazir masjid mendatangi rumah Meliana yang tak jauh dari masjid guna membicarakan protes warga.
Namun, kelompok massa yang emosi kemudian hendak membakar rumah Meliana. Massa yang memanasa dan tak terbendung kemudian merusak dan membakar sejumlah Vihara di kota itu.
sumber: okezone.com & MENARAnews
Source link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar