Masinton Anggap Warga Jakarta itu Dungu










Berita Metropolitan – Provokasi atas panasnya pentas pilkada DKI terus berlanjut. Setelah

tak juga mendapat kabar cerah dalam upaya menarik Risma ke persaingan

Pilgub Jakarta, rasa stress makin terlihat dari para kader PDIP. Mungkin

saking putus asanya mencari kandidat pesaing Ahok, Masinton sampai

merasa perlu membawa-bawa kambing berbedak jadi calon Gubernur dari

PDIP.



. “Meski kambing dibedaki sekalipun, kami usung pasti menang. Apalagi

lawannya cuma Ahok,” kata Masinton di berbagai surat kabar.




Mungkin ini pernyataan yang sebenarnya ingin menyombongkan mesin

politik PDIP, namun di sisi lain justru sebenarnya merendahkan diri

sendiri hingga ke tiik nadir. Kenapa? Sebab selama ini PDIP ngotot bahwa

calon gubernur yang mau diusung oleh mereka harus melewati proses

penjaringan, harus mendaftar dahulu. Nah pertanyaannya, sejak kapan

Kambing pernah mendaftar ke PDIP? Kok sekarang bisa-bisanya kambing

mendapat dukungan partai pemenang pemilu tanpa melalui proses

pendaftaran terlebih dahulu?



Kalau tiba-tiba Masinton dan PDIP ngotot mau mendukung kambing hanya

dengan modal bedak, tentu ini artinya mereka menjilat ludah sendiri

setelah dulu juga ngotot Ahok tidak boleh masuk pencalonan PDIP karena

tidak pernah mendaftar.



Pernyataan ini tentu juga lebih menghina puluhan calon yang sudah

mendaftar secara resmi dan mengikuti penjaringan PDIP. Nyatanya mereka

tidak dianggap berarti oleh PDIP. Setelah usaha susah payah interview,

menyerahkan formulir pendaftaran, dan bahkan harus sampai membayar Rp 5

juta di depan, nyatanya mereka dengan mudah dicoret dan digantikan oleh

kambing yang sama sekali tidak pernah ikut proses penjaringan.


Atau dengan kata lain: nama-nama yang santer diberitakan sebagai lima

calon kuat dari PDIP ternyata tidak lebih berharga dari seekor kambing.

Kerja keras tim penjaringan PDIP pun ternyata sia-sia saja, dikudeta

oleh seekor kambing dibedakin.  Atau minimal mereka semua agaknya sedang

dianggap setara kambing yang hendak diloloskan oleh Masinton.



Mbeeek…



Anyway…  bukan itu inti protes saya sebagai warga DKI Jakarta.

Pernyataan yang sangat menghina dari Masinton justru kepada kita semua.

Seolah warga Jakarta itu bodoh sekali sehingga mau saja memilih hewan

sembelihan sebagai gubernur. Padahal DKI Jakarta telah membuktikan

mereka cerdas dalam memilih.



Sejauh ini dalam pilkada DKI Jakarta secara langsung, calon-calon

yang terpilih adalah yang sanggup membuktikan bahwa mereka bekerja.

Kemenangan Fauzi Bowo atas Adang karena mampu meyakinkan dirinya jauh

lebih bisa bekerja dibanding Adang. Jokowi Ahok juga maju dan terpilih

karena mereka buktikan punya track record memimpin  dan punya konsep

lebih baik daripada Fauzi Bowo.



Ini tentu tidak terjadi begitu saja. Para calon harus bersusah payah

meyakinkan dan berkomunikasi dengan warga Jakarta. Kita tahu Jakarta

dipenuhi oleh kelas menengah ngehe, yang sangat cerewet dan kritis

terhadap pemimpinnya. Salah sedikit saja bisa jadi masalah yang besar. 

Lalu kenapa tiba-tiba Masinton menganggap warga Jakarta mau begitu saja

memilih kambing sebagai Gubernur?



Apa kapabilitas seekor kambing sehingga Masinton menganggap warga

Jakarta begitu dungu mau mencoblos seekor kambing yang tidak punya track

record memimpin? Bagaimana mungkin kambing yang cuma bisa ngomong

“Mbeek” bisa meyakinan warga Jakarta memilih dirinya?



Pernyataan Masinton bahwa PDIP bisa dengan mudah mengusung kambing

adalah penghinaan luar biasa atas intelektualitas warga Jakarta. Dia

pikir kita semua begitu bodoh, begitu naif, mau dibodohi untuk memilih

kambing. Masinton lupa bahwa PDIP dicoblos beramai-ramai oleh warga DKI

karena mereka inginkan Jokowi punya modal kursi legislatif yang cukup

untuk maju sebagai capres.



PDIP lah yang telah diselamatkan warga Jakarta yang begitu mencintai

Jokowi-Ahok, bukan sebaliknya PDIP merasa segalanya bisa menentukan

segala hal di DKI Jakarta, termasuk memenangkan seekor hewan sebagai

Gubernur.



Maka dengan ini saya nyatakan secara terbuka saya tantang PDIP untuk

mengajukan kambing dibedakin sebagai calon Gubernur. Kita lihat apakah

warga DKI Jakarta akan menerima dan mencoblos begitu saja, kambing

sebagai Gubernur. Jika tidak, saya harapkan warga mau menghukum berat

partai ini karena sudah merendahkan 10 juta penghuni ibukota sebagai

kawanan orang tolol yang mau memilih hewan sembelihan sebagai pemimpin.



Ingat, dalam demokrasi, pemimpin bergantung kepada suara pemilih.

Jika mereka menyakiti kita, maka kita bisa balik membalas dengan

berhenti memilih mereka di Pemilihan berikutnya.(kompasiana)










Source link



Tidak ada komentar:

Posting Komentar